Busana Wanita
Busana wanita di tahun 70-an memiliki kebebasan dalam berpenampilan yang semakin berkembang, dipengaruhi oleh situasi sosial dan politik saat itu. Hal ini memicu gerakan emansipasi wanita yang tercermin dalam gaya busana dengan sentuhan maskulin. Pada dekade ini juga, majalah Femina pertama kali terbit sebagai media yang ditujukan khusus bagi wanita. Majalah tersebut menampilkan berbagai tren fesyen yang merepresentasikan keberanian dan keteguhan perempuan di era 70-an, meskipun mereka masih sering dianggap lemah.
Hadirnya majalah femina turut berperan dalam melahirkan banyak desainer yang memperkaya dunia fashion dengan berbagai inovasi. Selain itu, keberagaman gaya busana juga dipengaruhi oleh musisi dari berbagai genre musik. Salah satu tren yang muncul akibat pengaruh tersebut adalah celana cutbray, gaya hippie, serta gaun funky yang terinspirasi dari era musik disko.
Pada tahun 1980-an, pakaian berukuran besar atau oversize menjadi favorit di kalangan wanita, karena dinilai lebih fleksibel dan bisa dikenakan dalam jangka waktu lama. Perubahan tren busana pada era ini tidak lepas dari pengaruh kondisi sosial dan ekonomi masyarakat. Pada saat itu, wanita tidak hanya membeli pakaian kasual, tetapi juga mulai berinvestasi dalam busana kerja. Seiring dengan semakin banyaknya perempuan yang berkarier dan berperan sebagai pencari nafkah, blazer menjadi salah satu pilihan utama.
Gaya Busana Wanita Tahun 1950 – 1960
Pada dekade 1950-an, terjadi perubahan besar dalam dunia fashion, di mana busana modern mulai memengaruhi masyarakat Indonesia, terutama wanita. Seiring berjalannya waktu, wanita mulai lebih bebas mengekspresikan diri, dan hal itu tercermin dalam pilihan gaya berpakaian mereka. Busana pada masa ini banyak dipengaruhi oleh tren dari Eropa dan Asia, mengingat pengaruh budaya Barat yang semakin kuat dalam dunia fashion. Sebelum tahun 1950-an, kebaya merupakan pakaian yang paling banyak dipakai oleh perempuan Indonesia karena mudah ditemukan. Namun, hadirnya busana modern tidak membuat kebaya kehilangan popularitasnya. Wanita pada waktu itu memiliki kebebasan untuk memilih pakaian yang paling nyaman, baik itu kebaya maupun gaya busana modern.
Pada masa itu, terutama di kota-kota besar, gaya busana yang populer meliputi gaun dengan potongan lurus yang dilengkapi ikat pinggang, dipadukan dengan rok berbentuk A. Selain itu, gaun Bebe atau gaun tanpa lengan juga menjadi pilihan yang menonjol, memberikan kesan feminin dan glamor.
Ada juga pakaian pendek berkerah yang dipadukan dengan rok panjang atau selutut, serta setelan yang terinspirasi dari gaya Tionghoa. Motif busana pada saat itu cenderung sederhana, seperti bunga, garis-garis, polkadot, dan batik.
Tahun 1960-an dapat dianggap sebagai puncak kejayaan dalam dunia fashion. Butik dan toko kecil mendominasi pasar pada masa itu, menawarkan berbagai aksesori dan pakaian dengan gaya pop. Meskipun fashion sedang mengalami masa kejayaan, kebaya tetap mempertahankan eksistensinya, dengan banyak wanita, terutama yang lebih tua, yang masih mengenakannya.
Gaya Busana Wanita Tahun 1970 – 1980
Sebagian besar gaya yang ada sekarang sebenarnya merupakan pengembangan atau adaptasi dari tren masa lalu. khususnya dari gaya 1970-an, di mana desainer saat itu menciptakan busana yang tahan lama, seperti gaun maxi dan celana komprang. Upaya-desain tersebut tidak hanya berhasil, tetapi juga melahirkan gaya yang masih kita kenal hingga sekarang, salah satunya adalah gaya retro.